Tidak bisa mengedipkan mata atau bibir miring? Hati-hati, mungkin Anda terkena Bell's PalsyWajah sebelah kiri Nita pegal mendadak. Padahal, gadis 24 tahun itu merasa tidak sedang capai. Karena tak tahu sebabnya, Nita pun cuek-cuek saja. Tapi, tak berapa lama kemudian, Nita dibuat heran oleh mukanya. Saat hendak berkumur setelah menyikat gigi, bibir bagian kirinya tak mau menutup sempurna.
Teman-temannya juga melihat hal yang aneh. Saat berbicara, bibir Nita seperti mencong-mencong tak jelas. “Semua pada bilang gitu, saya jadi khawatir,” katanya. Nita sempat menduga dirinya terserang stroke. Memang salah satu akibat stroke adalah adanya bagian tubuh yang tidak bisa digerakkan.
Keesokan harinya, Nita memutuskan mengunjungi seorang dokter saraf di Bandung, Jawa Barat. Setelah menjalani sejumlah pemeriksaan, Nita pun tahu bukan stroke yang menyerangnya. “Nama penyakitnya itu bell’s palsy. Kata dokter, itu karena sarafnya kena virus,” ujar gadis yang kini tinggal di Batam itu.
Bell’s palsy mungkin masih asing bagi orang awam. Padahal banyak orang yang sudah terkena penyakit ini, termasuk pesohor Sylvester Stallone. Hanya, mereka tidak tahu nama penyakitnya. Nama bell’s palsy diambil dari nama Sir Charles Bell, ahli bedah asal Skotlandia yang pertama kali menemukan penyakit ini. Ia mempresentasikan penyakit ini di Royal Society of London pada 1829.
Akibat dari bell’s palsy tak selucu namanya. Kalau sampai terkena, penderita bisa mengalami cacat permanen di wajah. Ya, bell’s palsy memang menyerang saraf wajah sehingga menyebabkan kelumpuhan otot (disfungsi saraf wajah), khususnya di otot wajah ketujuh tipe perifer.
Disfungsi saraf wajah bisa mempengaruhi motorik wajah. Akibatnya, tak hanya mengganggu secara estetika, tetapi juga mengganggu fungsi wajah. Seperti mata tak bisa berkedip, gigi tak bisa mengunyah, atau malah sulit berbicara.
Dr. Fritz Sumantri Usman, Sr., Sp.S, FINS, ahli saraf dari Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, mengatakan, kelumpuhan otot wajah ketujuh tipe perifer ini bisa disebabkan banyak hal. Selain infeksi virus, bell’s palsy bisa disebabkan oleh trauma, gangguan stimulus kimiawi, stimulus mekanik, bahkan gangguan vaskuler. Terlalu sering terpapar hawa AC (air conditioner), udara dingin, dan udara kipas angin juga berisiko terkena bell’s palsy. Gejala bell’s palsy antara lain terjadi asimetris pada wajah, rasa kebas di wajah, tak dapat mengontrol air mata, dan sudut mata turun. Selain itu, penderita bisa kehilangan refleks konjungtiva. Akibatnya, mata tidak bisa berkedip atau menutup, rasa sakit di telinga terutama di bagian bawah, sudut mulut turun, sulit berbicara, dan air menetes saat berkumur.
Jika merasakan gejala ini, segeralah berkonsultasi ke dokter agar kadar keparahan bell’s palsy bisa segera diketahui. Sebab, bila tidak ditangani dengan baik, bisa terjadi cacat permanen di wajah. “Tapi, jika cepat-cepat diobati, penyakit ini bisa sembuh dan wajah kembali normal,” ujar Dr. Fritz. Biasanya, dokter akan memberikan obat-obat kortikosteroid dan vitamin saraf. “Juga dibantu dengan fisioterapi dan akupunktur untuk proses penyembuhan agar lebih cepat pulih,” ujarnya. Selain itu, pasien diharapkan lebih banyak berlatih di rumah. Salah satunya melakukan senam otot, seperti berlatih mengucap AI- U-E-O dan mengunyah permen karet.
Siapa Beresiko
Infeksi virus herpes simplex disebut sebagai biang utama serangan bell’s palsy. Namun sebenarnya penyebab pastinya belum diketahui. Selain virus itu, para ahli menyebut virus herpes zoster, yang sering menyerang wajah tanpa gejala jelas, sebagai penyebab kerusakan saraf wajah. Termasuk virus epstein- barr.
Disebutkan juga bell’s palsy disebabkan oleh angin dingin. Angin dingin yang masuk ke tengkorak bisa membuat saraf di sekitar wajah sembap lalu membesar. Lama- kelamaan terjadilah kerusakan yang menyebabkan gangguan saraf wajah.
Dugaan ini kian kuat, karena kasus bell’s palsy sering meningkat pada musim dingin. Biasanya dialami laki-laki dewasa yang banyak bekerja atau beraktivitas di luar ruangan. Namun mereka yang selalu berada di ruang ber-AC juga rentan terserang bell’s palsy jika udara dingin datang dari satu sisi. Pengendara sepeda motor atau mobil yang sering membuka kaca (sopir angkot) juga berisiko terkena bell’s palsy. Begitu juga orangorang yang kerap tidur dengan kipas angin searah. Gangguan otot wajah juga bisa dialami seseorang yang sistem kekebalannya sedang menurun, seperti sedang hamil, mengidap diabetes, atau sedang mengalami infeksi.
Mereka yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ini juga berisiko terkena bell’s palsy, sehingga diduga faktor genetik ikut berperan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar