Orang sering cuek saja memakai earphone berjam-jam tanpa istirahat. Padahal hal itu berbahaya. Bisa menyebabkan tuli.Di jalan-jalan, halte bus, atau mungkin di kantor, kita sering sekali melihat telinga-telinga ber earphone atau headphone. Mungkin sedang asyik mendengarkan musik atau tengah menonton video di YouTube.
Seperti Virny. Gadis 27 tahun itu hampir seharian telinganya ditempel dengan earphone. Dia mengaku tidak bisa fokus bekerja saat tidak ada iringan musik. “Kalau pakai sepiker kan mengganggu yang lain, jadi ya pakai earphone saja,” ujarnya. Sementara itu Andry punya alasan berbeda. Lelaki 27 tahun itu sering merasa terganggu dengan ‘atmosfer’ di kantornya. Jadi buat menjaga mood, Andry lebih suka mendengarkan musik dari laptopnya melalui headphone.
Ahli THT Dr. Mochammad Iqbal menyebut, telinga diciptakan dengan berbagai bagian dan fungsi yang masing-masing bekerja secara terkoordinasi sehingga seseorang mampu mendengar, memproses, dan memahami lingkungan. Namun bila suara di sekitar kita terlalu keras atau bising, dapat memicu kerusakan sel-sel rambut rumah siput (koklea) dalam telinga. Sel rambut ini berfungsi mengolah bunyi untuk kemudian diteruskan ke pusat persepsi pendengaran di otak.
Karena itu penggunaan earphone maupun headphone perlu diperhatikan. Jika keseringan, hal itu akan menyebabkan masalah pendengaran karena bunyi yang dihantarkan earphone atau headphone secara langsung masuk ke liang telinga. Earphone Lebih Bahaya dari Headphone Fungsi kedua alat ini sebenarnya sama. Namun untuk alasan kesehatan, keduanya memiliki efek
yang berbeda. Dr. Iqbal menyebut, earphone berandil lebih besar menyebabkan ketulian dibanding headphone.
Memang, earphone, khususnya jenis earbud (masuk ke lubang) memiliki efek suara yang lebih bagus. Bunyi langsung diteruskan ke gendang telinga, diamplifikasi (ditingkatkan) oleh tulang pendengaran dan diteruskan ke tingkap lonjong di koklea. “Jadi hampir pasti akibatnya lebih buruk kan?” kata Dr. Iqbal.
Namun justru mekanisme semacam ini yang menyebabkan paparan bising earphone lebih besar dibandingkan headphone. Termasuk efek ketulian yang mungkin akan terjadi nantinya. Para ahli menyebut, suara diukur berdasarkan desibel (dB). Nilai 0 dB adalah suara paling halus/ pelan yang bisa didengar manusia, dan nilai 180 dB adalah suara bising yang ditimbulkan roket saat diterbangkan ke luar angkasa.
Rata-rata, level suara percakapan berkisar 60 dB. Jika Anda pergi ke konser musik, suara yang didengar oleh telinga sekitar 115 dB. Para ahli percaya, suara yang melebihi 85 dB dalam jangka panjang sangat berbahaya untuk pendengaran.
Lalu, bagaimana kita mengukur suara saat mendengarkan lewat earphone? Sayang sekali, output volume pada alat pemutar musik yang beredar bukan berdasarkan dB. Jadi konsumen agak kesulitan untuk menentukan mana batasan aman dan tidak. Namun bukan berarti kita bisa cuek. Perlu diketahui, volume suara tertinggi dari pemutar Mp3 atau iPod adalah sekitar 100-120 dB. Karena itu Anda bisa mengira-ngira, berapa volume yang sebaiknya dipasang demi kesehatan telinga.
Atau bisa juga Anda memakai batasan-batasan berikut ini agar pendengaran tidak terganggu. Misalnya saat memakai earphone, Anda masih bisa mendengarkan suara lingkungan sekitarnya.
Anda juga sebaiknya tidak memutar volume lebih dari 60 persen. Jika Anda memang tidak bisa ‘lepas’ dari yang namanya earphone, waktu maksimal menggunakannya adalah 60 menit.
Setelah jangka waktu itu, Anda harus melepasnya dan mengistirahatkan telinga Anda selama 10 hingga 15 menit. Hal itu agar sel-sel saraf pada rumah siput dapat melakukan recovery/pemulihan akibat paparan bising sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar